vesoe.blogspot.com - Sudah dilihat kali.
Oleh : Syaikh Abdul Adhim Badawi
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mu'min dan tak (pula) bagi perempuan yg mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Dari fenomena yg tampak pd saat ini, (kita menyaksikan) khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran-pelajaran banyak sekali, melebihi pd zaman para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in (orang-orang yg berguru kepada para sahabat) serta tabiut tabiin (orang-orang yg berguru kepada tabi'in). Tapi bersamaan itu pula, amal perbuatan sedikit. Sering kali kita mendengarkan (perintah Allah dan RasulNya) namun, sering jg kita tak melihat ketaatan, dan sering kali kita mengetahuinya, tapi seringkali jg kita tak mengamalkan.
Inilah perbedaan antara kita dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tabiin dan tabiut tabiin yg mereka itu hidup pd masa yg mulia. Sungguh pd masa mereka nasehat-nasehat, khutbah-khutbah dan pelajaran-pelajaran sedikit, hingga berkata salah seorang sahabat.
"Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala memberikan nasehat mencari keadaan dimana kita giat, lantaran khawatir kita bosan" [Muttafaqun Alaihi]
Di zaman para sahabat dahulu sedikit perkataan tetapi banyak perbuatan, mereka mengetahui bahwa apa yg mereka dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wajib diamalkan, sebagaimana keadaan tentara yg wajib melaksanakan komando atasannya di medan pertempuran, dan kalau tak dilaksanakan kekalahan serta kehinaanlah yg akan dialami.
Para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu, menerima wahyu Allah 'Azza wa Jalla dgn perantaraan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dgn sikap mendengar, taat serta cepat mengamalkan. Tidaklah mereka terlambat sedikitpun dlm mengamalkan perintah dan larangan yg mereka dengar, dan jg tak terlambat mengamalkan ilmu yg mereka pelajari dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Inilah contoh yg menerangkan bagaimana keadaan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mendapatkan wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla. Para ahli tafsir menyebutkan tentang sebab turunnya ayat dlm surat Al-Ahzab ayat 36 ni (dengan berbagai macam sebab) , saya merasa perlu untk menukilnya, inilah sebab turunnya ayat itu :
Para ahli tafsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menginginkan untk menghancurkan adanya perbedaan-perbedaan tingkatan (kasta) di antara manusia, dan melenyapkan penghalang antara fuqara (orang-orang fakir) dan orang-orang kaya. Dan jg antara orang-orang yg merdeka (yaitu bukan budak dan bukan pula keturunannya), dgn orang-orang yg (mendapatkan nikmat Allah 'Azza wa Jalla) menjadi orang merdeka sesudah dulunya menjadi budak.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin menerangkan kepada manusia bahwa mereka semua seperti gigi yg tersusun, tak ada keutamaan bagi orang Arab terhadap selain orang Arab, dan tak ada keutamaan atas orang yg berkulit putih terhadap yg berkulit hitam kecuali ketaqwaan (yang membedakan antara mereka). Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yg paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS. Al-Hujurat : 13]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menanamkan dlm hati manusia mabda' (pondasi) ini. Dan barangkali, dlm keadaan seperti ini, perkataan sedikit faedah dan pengaruhnya, yg demikian itu disebabkan karena fitrah manusia ingin menonjol dan cinta popularitas. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpendapat untk menanamkan pondasi ni dlm jiwa-jiwa manusia dlm bentuk amal perbuatan (yang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam wujudkan) dlm lingkungan keluarga serta kerabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ni dikarenakan amal perbuatan lebih banyak memberi kesan dan pengaruh yg mendalam dlm hati manusia, dari hanya sekedar berbicara semata.
Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi kepada Zainab binti Jahsiy anak perempuan bibi beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam (kakek Zainab dan kakek Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sama yaitu Abdul Mutthalib seorang tokoh Quraisy) untk meminangnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengawinkannya dgn budak beliau Zaid bin Haritsah yg telah diberi nikmat Allah menjadi orang merdeka (lantaran dibebaskan dari budak). Lalu tatkala beliau menyebutkan bahwa beliau akan menikahkan Zaid bin Haritsah dgn Zainab binti jahsiy, berkatalah Zainab binti Jahsiy : "Saya tak mau menikah dengannya". Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Engkau harus menikah dengannya". Dijawab oleh Zainab : "Tidak, demi Allah, selamanya saya tak akan menikahinya".
Ketika berlangsung dialog antara Zainab dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Zainab mendebat dan membantah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian turunlah wahyu yg memutuskan perkara itu :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mu'min dan tak (pula) bagi perempuan yg mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat tersebut kepada Zainab, maka berkatalah Zainab : "Ya Rasulullah ! apakah engkau ridha ia menjadi suamiku ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya", maka Zainab berkata : "Jika demikian aku tak akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu akupun menikah dgn Zaid".
Demikianlah Zainab binti Jahsiy menyetujui perintah Allah dan RasulNya, dan hanyalah keadaannya tak setuju pd awal kalinya, lantaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah menawarkan dan bermusyawarah dengannya. Maka tatkala turun wahyu, perkaranya bukan hanya perkara nikah / meminang, setuju / tak setuju, tetapi (setelah turunnya wahyu), perkaranya berubah menjadi ketaatan / bermaksiat kepada Allah dan RasulNya.
Tidak ada jalan lain didepan Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha (semoga Allah meridhainya), melainkan harus mendengar dan taat kepada Allah dan RasulNya, dan kalau tak taat maka berarti telah durhaka kepada Allah dan RasulNya, sedangkan Allah berfirman.
"Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Demikianlah , sikap para sahabat Nabi dahulu tatkala menerima wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla, adapun kita (berbeda sekali), tiap pagi dan petang telinga kita mendengarkan perintah-peritah serta larangan-larangan Allah dan RasulNya, akan tetapi seolah-olah kita tak mendengarkannya sedikitpun. Dan Allah Jalla Jalaluhu telah menerangkan bahwa manusia yg paling celaka adlh manusia yg tak dpt mengambil manfaat suatu nasehat, Allah berfirman.
"Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yg takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yg celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yg akan memasuki api yg besar (neraka). Kemudian dia tak mati di dalamnya dan tak (pula) hidup" [QS. Al-A'la : 9-13]
Dan Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan keadaan orang munafik tatkala mereka hadir dlm majelis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka hadir dgn hati yg lalai.
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
" Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adlh seakan-akan kayu yg tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yg keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka ; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?" [Al-Munafiqun : 4]
Lalu tatkala bubar dari majelis, mereka tak memahami sedikitpun, Allah berfirman.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ
"Dan di antara mereka ada orang yg mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yg lebih diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi) : 'Apakah yg dikatakan tadi ?' Mereka itulah orang-orang yg dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka" [QS. Muhammad : 16]
Takutlah terhadap diri-diri kalian ! (wahai hamba Allah), dari keadaan yg terjadi pd orang-orang munafik, berusaha dan bersemangatlah untk bersikap sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketahuilah ! sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla telah mencela orang-orang yg berpaling dan lalai, sungguh Allah 'Azza wa Jalla memuji orang-orang yg mendengarkan perkataan lalu memahami seperti yg dimaksud oleh Allah 'Azza wa Jalla, lalu mengamalkannya, Allah 'Azza wa Jalla berfirman.
"Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu, yg mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yg paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yg telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yg mempunyai akal" [Az-Zumar : 17-18]
Ketahuilah wahai hamba Allah yg muslim, bahwa tak ada pilihan bagi kalian terhadap perintah Allah yg diperintahkan kepadamu ! tak ada lagi pilihan bagimu ! baik engkau kerjakan ataupun tidak.
Tidak ada lagi pilihan bagimu terhadap larangan Allah 'Azza wa Jalla yg engkau dilarang darinya ! baik engkau tinggalkan ataupun tak ! Engkau dan apa yg engkau miliki semuanya adlh milik Allah 'Azza wa Jalla engkau hamba Allah, dan Allah 'Azza wa Jalla adlh tuanmu. Bagi seorang hamba, hendaknya mencamkan dlm dirinya untk mendengar dan taat kepada perintah tuannya, sekalipun perintah itu nampak berat atas dirinya. Dan kalau tak taat, tentu akan mendapatkan murka dari majikannya.
Dan Allah 'Azza wa Jalla telah meniadakan keimanan dari orang-orang yg tak ridha dgn hukumNya dan tak tunduk kepada RasulNya dan perintah RasulNya, Allah berfirman.
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mu'min dan tak (pula) bagi perempuan yg mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nayata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Sesudah itu, hendaklah anda (wahai para pembaca yg mulia) bersama dgn saya memperhatikan perbandingan ni :
Kita tadi telah mengatakan : Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi ke Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha untk meminangnya bagi Zaid bi Haritsah. Awalnya Zainab menolak, karena pinangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanya bersifat menolong semata, (bukan perintah). Maka tatkala turun ayat, berubahlah perkaranya menjadi perintah untk taat (kepada Allah dan RasulNya).
Tidak ada keleluasaan bagi zainab binti Jahsiy sesudah turunnya ayat itu, kecuali (harus) mendengar dan taat. Dan kalaulah perkaranya hanya menolong semata, tentu Zainab binti Jahsiy berhak menolak (jika tak setuju), karena seorang wanita berhak memilih calon suami, sebagaimana lelaki memilih calon istri, dan inilah yg terjadi pd kisah Barirah :
Dan kisahnya Barirah adlh sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari : "Bahwa 'Aisyah Ummul Mu'minin Radhiyallahu 'anha membeli seorang budak bernama Barirah, lalu 'Aisyah memerdekakannya. Barirah ni mempunyai suami bernama Mughis (dan ia jg seorang budak). Maka tatkala dimerdekakan Barirah mempunyai hak untk memilih, apakah ia tetap berdampingan dgn suaminya (yang seorang budak), / bercerai. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan pilihan baginya. Ternyata Barirah memilih untk bercerai dgn suaminya.
Adapun suaminya, sungguh sangat mencintainya dgn kecintaan yg sangat. Hingga tatkala Barirah memilih bercerai dengannya, ia berjalan-jalan di belakang Barirah di kampung-kampung kota Madinah dlm keadaan menangis. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat keadaannya itu, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada paman beliau Abbas : "Tidakkah engkau heran terhadap kecintaan Mughis kepada Barirah ? sedang Barirah tak menyukai Mughis ?" Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Barirah : "Wahai Barirah, mengapa engkau tak kembali kepada sumimu?" sesungguhnya ia adlh suamimu dan ayah dari anak-anakmu!" Maka Barirah berkata : "Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah / hanya mengajurkan saja ?"
Allahu Akbar !! perhatikanlah wahai para pembaca pertanyaan Barirah ni !! Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah ? Sehingga aku tak berhak menyelisihi perintahmu ? / engkau hanya menganjurkan saja sehingga aku boleh berpendapat dgn pikiranku? Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Aku hanya mengajurkan saja !". Barirah berkata : "Aku tak membutuhkan suamiku lagi !!"
Disini kami berkata : "Pertama kali Zainab binti Jahsiy menolak untk menikah dgn Zaid bin Haritsah, karena masalahnya hanyalah anjuran semata, maka tatkala turun wahyu perkaranya berubah menjadi ketaatan / maksiat.
Zainab binti Jahsiy berkata : "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apakah engkau meridhai aku menikah dengannya ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya". Jika demikian aku tak akan mendurhakai Allah dan RasulNya.
Dan jg terhadap Barirah, tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menawarkan agar ia kembali kepada suaminya, ayah dari anak-anaknya yg tak dpt bersabar untk berpisah dengannya, Barirah meminta penjelasan : "Apakah engkau menyuruhku wahai Rasulullah ?" Sehingga tak ada keleluasaan bagiku kecuali harus mendengar dan taat ? Maka tatkala Rasulullah bersabda : "Aku hanya menganjurkan" berkatalah Barirah : "Aku tak membutuhkannya lagi".
Demikianlah adab para Sahabat terhadap Allah dan Rasulnya, serta beragama karena Allah dan RasulNya dgn sikap mendengar dan taat, maka Allah menguasakan kepada mereka dunia ini, dan masuklah manusia ditangan mereka kepada agama Allah secara berbondong-bondong. Adapun kita, tatkala tak beradab kepada Allah dan RasulNya, kita bimbang dan menimbang-nimbang antara perintah dan larangan-laranganNya (kita kerjakan / tak kita kerjakan), maka jadilah keadaan kita ni sebagaimana yg kita saksikan saat ini, maka demi Allah, kepadaNya-lah kalian mohon pertolongan, wahai kaum muslimin !
"Artinya : Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tak dpt ditolong (lagi)" [Az-Zumar : 54]
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yg beriman supaya kamu beruntung" [An-Nuur : 31]
[Disalin dari Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. 1/No. 04/ 2003 - 1424H, Diterbitkan : Ma'had Ali Al-Irsyad surabaya]
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/781/slash/0
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mu'min dan tak (pula) bagi perempuan yg mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Dari fenomena yg tampak pd saat ini, (kita menyaksikan) khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran-pelajaran banyak sekali, melebihi pd zaman para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in (orang-orang yg berguru kepada para sahabat) serta tabiut tabiin (orang-orang yg berguru kepada tabi'in). Tapi bersamaan itu pula, amal perbuatan sedikit. Sering kali kita mendengarkan (perintah Allah dan RasulNya) namun, sering jg kita tak melihat ketaatan, dan sering kali kita mengetahuinya, tapi seringkali jg kita tak mengamalkan.
Inilah perbedaan antara kita dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tabiin dan tabiut tabiin yg mereka itu hidup pd masa yg mulia. Sungguh pd masa mereka nasehat-nasehat, khutbah-khutbah dan pelajaran-pelajaran sedikit, hingga berkata salah seorang sahabat.
"Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala memberikan nasehat mencari keadaan dimana kita giat, lantaran khawatir kita bosan" [Muttafaqun Alaihi]
Di zaman para sahabat dahulu sedikit perkataan tetapi banyak perbuatan, mereka mengetahui bahwa apa yg mereka dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wajib diamalkan, sebagaimana keadaan tentara yg wajib melaksanakan komando atasannya di medan pertempuran, dan kalau tak dilaksanakan kekalahan serta kehinaanlah yg akan dialami.
Para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu, menerima wahyu Allah 'Azza wa Jalla dgn perantaraan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dgn sikap mendengar, taat serta cepat mengamalkan. Tidaklah mereka terlambat sedikitpun dlm mengamalkan perintah dan larangan yg mereka dengar, dan jg tak terlambat mengamalkan ilmu yg mereka pelajari dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Inilah contoh yg menerangkan bagaimana keadaan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mendapatkan wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla. Para ahli tafsir menyebutkan tentang sebab turunnya ayat dlm surat Al-Ahzab ayat 36 ni (dengan berbagai macam sebab) , saya merasa perlu untk menukilnya, inilah sebab turunnya ayat itu :
Para ahli tafsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menginginkan untk menghancurkan adanya perbedaan-perbedaan tingkatan (kasta) di antara manusia, dan melenyapkan penghalang antara fuqara (orang-orang fakir) dan orang-orang kaya. Dan jg antara orang-orang yg merdeka (yaitu bukan budak dan bukan pula keturunannya), dgn orang-orang yg (mendapatkan nikmat Allah 'Azza wa Jalla) menjadi orang merdeka sesudah dulunya menjadi budak.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin menerangkan kepada manusia bahwa mereka semua seperti gigi yg tersusun, tak ada keutamaan bagi orang Arab terhadap selain orang Arab, dan tak ada keutamaan atas orang yg berkulit putih terhadap yg berkulit hitam kecuali ketaqwaan (yang membedakan antara mereka). Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yg paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS. Al-Hujurat : 13]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menanamkan dlm hati manusia mabda' (pondasi) ini. Dan barangkali, dlm keadaan seperti ini, perkataan sedikit faedah dan pengaruhnya, yg demikian itu disebabkan karena fitrah manusia ingin menonjol dan cinta popularitas. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpendapat untk menanamkan pondasi ni dlm jiwa-jiwa manusia dlm bentuk amal perbuatan (yang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam wujudkan) dlm lingkungan keluarga serta kerabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ni dikarenakan amal perbuatan lebih banyak memberi kesan dan pengaruh yg mendalam dlm hati manusia, dari hanya sekedar berbicara semata.
Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi kepada Zainab binti Jahsiy anak perempuan bibi beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam (kakek Zainab dan kakek Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sama yaitu Abdul Mutthalib seorang tokoh Quraisy) untk meminangnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengawinkannya dgn budak beliau Zaid bin Haritsah yg telah diberi nikmat Allah menjadi orang merdeka (lantaran dibebaskan dari budak). Lalu tatkala beliau menyebutkan bahwa beliau akan menikahkan Zaid bin Haritsah dgn Zainab binti jahsiy, berkatalah Zainab binti Jahsiy : "Saya tak mau menikah dengannya". Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Engkau harus menikah dengannya". Dijawab oleh Zainab : "Tidak, demi Allah, selamanya saya tak akan menikahinya".
Ketika berlangsung dialog antara Zainab dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Zainab mendebat dan membantah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian turunlah wahyu yg memutuskan perkara itu :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mu'min dan tak (pula) bagi perempuan yg mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat tersebut kepada Zainab, maka berkatalah Zainab : "Ya Rasulullah ! apakah engkau ridha ia menjadi suamiku ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya", maka Zainab berkata : "Jika demikian aku tak akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu akupun menikah dgn Zaid".
Demikianlah Zainab binti Jahsiy menyetujui perintah Allah dan RasulNya, dan hanyalah keadaannya tak setuju pd awal kalinya, lantaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah menawarkan dan bermusyawarah dengannya. Maka tatkala turun wahyu, perkaranya bukan hanya perkara nikah / meminang, setuju / tak setuju, tetapi (setelah turunnya wahyu), perkaranya berubah menjadi ketaatan / bermaksiat kepada Allah dan RasulNya.
Tidak ada jalan lain didepan Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha (semoga Allah meridhainya), melainkan harus mendengar dan taat kepada Allah dan RasulNya, dan kalau tak taat maka berarti telah durhaka kepada Allah dan RasulNya, sedangkan Allah berfirman.
"Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Demikianlah , sikap para sahabat Nabi dahulu tatkala menerima wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla, adapun kita (berbeda sekali), tiap pagi dan petang telinga kita mendengarkan perintah-peritah serta larangan-larangan Allah dan RasulNya, akan tetapi seolah-olah kita tak mendengarkannya sedikitpun. Dan Allah Jalla Jalaluhu telah menerangkan bahwa manusia yg paling celaka adlh manusia yg tak dpt mengambil manfaat suatu nasehat, Allah berfirman.
"Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yg takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yg celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yg akan memasuki api yg besar (neraka). Kemudian dia tak mati di dalamnya dan tak (pula) hidup" [QS. Al-A'la : 9-13]
Dan Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan keadaan orang munafik tatkala mereka hadir dlm majelis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka hadir dgn hati yg lalai.
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
" Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adlh seakan-akan kayu yg tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yg keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka ; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?" [Al-Munafiqun : 4]
Lalu tatkala bubar dari majelis, mereka tak memahami sedikitpun, Allah berfirman.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ
"Dan di antara mereka ada orang yg mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yg lebih diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi) : 'Apakah yg dikatakan tadi ?' Mereka itulah orang-orang yg dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka" [QS. Muhammad : 16]
Takutlah terhadap diri-diri kalian ! (wahai hamba Allah), dari keadaan yg terjadi pd orang-orang munafik, berusaha dan bersemangatlah untk bersikap sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketahuilah ! sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla telah mencela orang-orang yg berpaling dan lalai, sungguh Allah 'Azza wa Jalla memuji orang-orang yg mendengarkan perkataan lalu memahami seperti yg dimaksud oleh Allah 'Azza wa Jalla, lalu mengamalkannya, Allah 'Azza wa Jalla berfirman.
"Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu, yg mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yg paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yg telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yg mempunyai akal" [Az-Zumar : 17-18]
Ketahuilah wahai hamba Allah yg muslim, bahwa tak ada pilihan bagi kalian terhadap perintah Allah yg diperintahkan kepadamu ! tak ada lagi pilihan bagimu ! baik engkau kerjakan ataupun tidak.
Tidak ada lagi pilihan bagimu terhadap larangan Allah 'Azza wa Jalla yg engkau dilarang darinya ! baik engkau tinggalkan ataupun tak ! Engkau dan apa yg engkau miliki semuanya adlh milik Allah 'Azza wa Jalla engkau hamba Allah, dan Allah 'Azza wa Jalla adlh tuanmu. Bagi seorang hamba, hendaknya mencamkan dlm dirinya untk mendengar dan taat kepada perintah tuannya, sekalipun perintah itu nampak berat atas dirinya. Dan kalau tak taat, tentu akan mendapatkan murka dari majikannya.
Dan Allah 'Azza wa Jalla telah meniadakan keimanan dari orang-orang yg tak ridha dgn hukumNya dan tak tunduk kepada RasulNya dan perintah RasulNya, Allah berfirman.
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yg mu'min dan tak (pula) bagi perempuan yg mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nayata" [QS. Al-Ahzab : 36]
Sesudah itu, hendaklah anda (wahai para pembaca yg mulia) bersama dgn saya memperhatikan perbandingan ni :
Kita tadi telah mengatakan : Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi ke Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha untk meminangnya bagi Zaid bi Haritsah. Awalnya Zainab menolak, karena pinangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanya bersifat menolong semata, (bukan perintah). Maka tatkala turun ayat, berubahlah perkaranya menjadi perintah untk taat (kepada Allah dan RasulNya).
Tidak ada keleluasaan bagi zainab binti Jahsiy sesudah turunnya ayat itu, kecuali (harus) mendengar dan taat. Dan kalaulah perkaranya hanya menolong semata, tentu Zainab binti Jahsiy berhak menolak (jika tak setuju), karena seorang wanita berhak memilih calon suami, sebagaimana lelaki memilih calon istri, dan inilah yg terjadi pd kisah Barirah :
Dan kisahnya Barirah adlh sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari : "Bahwa 'Aisyah Ummul Mu'minin Radhiyallahu 'anha membeli seorang budak bernama Barirah, lalu 'Aisyah memerdekakannya. Barirah ni mempunyai suami bernama Mughis (dan ia jg seorang budak). Maka tatkala dimerdekakan Barirah mempunyai hak untk memilih, apakah ia tetap berdampingan dgn suaminya (yang seorang budak), / bercerai. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan pilihan baginya. Ternyata Barirah memilih untk bercerai dgn suaminya.
Adapun suaminya, sungguh sangat mencintainya dgn kecintaan yg sangat. Hingga tatkala Barirah memilih bercerai dengannya, ia berjalan-jalan di belakang Barirah di kampung-kampung kota Madinah dlm keadaan menangis. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat keadaannya itu, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada paman beliau Abbas : "Tidakkah engkau heran terhadap kecintaan Mughis kepada Barirah ? sedang Barirah tak menyukai Mughis ?" Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Barirah : "Wahai Barirah, mengapa engkau tak kembali kepada sumimu?" sesungguhnya ia adlh suamimu dan ayah dari anak-anakmu!" Maka Barirah berkata : "Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah / hanya mengajurkan saja ?"
Allahu Akbar !! perhatikanlah wahai para pembaca pertanyaan Barirah ni !! Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah ? Sehingga aku tak berhak menyelisihi perintahmu ? / engkau hanya menganjurkan saja sehingga aku boleh berpendapat dgn pikiranku? Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Aku hanya mengajurkan saja !". Barirah berkata : "Aku tak membutuhkan suamiku lagi !!"
Disini kami berkata : "Pertama kali Zainab binti Jahsiy menolak untk menikah dgn Zaid bin Haritsah, karena masalahnya hanyalah anjuran semata, maka tatkala turun wahyu perkaranya berubah menjadi ketaatan / maksiat.
Zainab binti Jahsiy berkata : "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apakah engkau meridhai aku menikah dengannya ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya". Jika demikian aku tak akan mendurhakai Allah dan RasulNya.
Dan jg terhadap Barirah, tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menawarkan agar ia kembali kepada suaminya, ayah dari anak-anaknya yg tak dpt bersabar untk berpisah dengannya, Barirah meminta penjelasan : "Apakah engkau menyuruhku wahai Rasulullah ?" Sehingga tak ada keleluasaan bagiku kecuali harus mendengar dan taat ? Maka tatkala Rasulullah bersabda : "Aku hanya menganjurkan" berkatalah Barirah : "Aku tak membutuhkannya lagi".
Demikianlah adab para Sahabat terhadap Allah dan Rasulnya, serta beragama karena Allah dan RasulNya dgn sikap mendengar dan taat, maka Allah menguasakan kepada mereka dunia ini, dan masuklah manusia ditangan mereka kepada agama Allah secara berbondong-bondong. Adapun kita, tatkala tak beradab kepada Allah dan RasulNya, kita bimbang dan menimbang-nimbang antara perintah dan larangan-laranganNya (kita kerjakan / tak kita kerjakan), maka jadilah keadaan kita ni sebagaimana yg kita saksikan saat ini, maka demi Allah, kepadaNya-lah kalian mohon pertolongan, wahai kaum muslimin !
"Artinya : Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tak dpt ditolong (lagi)" [Az-Zumar : 54]
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yg beriman supaya kamu beruntung" [An-Nuur : 31]
[Disalin dari Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. 1/No. 04/ 2003 - 1424H, Diterbitkan : Ma'had Ali Al-Irsyad surabaya]
Sumber : http://almanhaj.or.id/content/781/slash/0
0 Response to "METODE SALAF DALAM MENERIMA ILMU - Al Qur'an"
Post a Comment