vesoe.blogspot.com - Ibu saya tak terlalu berjiwa petani, sejak dulu saya jarang melihat beliau menanam tanaman apakah itu di pot / di halaman rumah. Berkebalikan dgn saya yg mendapatkan darah petani dari Mbah Wedhok (nenek dari pihak Bapak), sejak kecil saya sangat tergila-gila dgn tanaman. Seingat saya bahkan sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, saya sudah mulai bercocok tanam. Tanaman pertama yg saya tanam adlh pohon bougenville dgn bunga merah yg semarak. Bibitnya berupa stek, saya peroleh dari seorang tetangga kala kami masih tinggal di Tanjung Pinang, Riau. Atas saran si pemilik bunga, agar stek bougenville cepat menumbuhkan akarnya maka potongan batang tersebut direndam di dlm ember berisi air.
Dua minggu menanti, batang-batang nan kekar tersebut kemudian memunculkan akar yg sangat banyak dan saya pun menanamnya di halaman rumah. Sayangnya saat itu pengetahuan saya tentang tanaman sangat terbatas. Ketika stek bougenville saya jejalkan di sebuah lubang mungil dan ditimbun dgn tanah sekedarnya, alih-alih bertunas dan berbunga stek tersebut justru tewas dgn sukses. Bagaimana tidak, dgn ukuran lubang secuil, dlm tanah liat yg super alot, akar-akar muda bougenville pun rontok dan susah berkembang. Sejak pengalaman pahit dgn si kembang kertas tersebut, selama di Tanjung Pinang saya tak pernah mencoba bercocok tanam kembali. ^_^
Pindah di Paron ketika duduk di bangku kelas dua SD, semangat menanam tumbuh kembali. Almarhum nenek saya seorang petani yg sangat mencintai tanaman. Halaman belakang di rumah Paron yg luas penuh dgn tanaman sayuran dan buah-buahan. Dan yg paling saya suka adalah, ketika musim penghujan tiba maka Mbah Wedhok akan membeli aneka bibit sayuran di pasar. Cabai, kemangi, terung, kacang panjang, tomat hanyalah segelintir tanaman yg ditanam beliau. Terus terang hingga kini, jika teringat dgn semangatnya saya pun menjadi kagum.
Biasanya jika masa bertanam tiba, maka di pagi hari dgn seikat bibit di tangan dan kaki telanjang yg berlumpur, Mbah akan berkeliling menancapkan tanaman-tanaman kecil tersebut di sela-sela pohon pisang yg rimbun. Tak peduli dgn tetesan hujan yg membasahi rambutnya yg beruban, dgn tekun beliau berjongkok di tanah hitam yg lengket dan basah. Takjubnya, walau ditanam ala kadarnya alias hanya dijejalkan asal-asalan di tanah, sebagian besar tanaman tersebut berhasil survived.
Walau tak terlalu suka bercocok tanam, tapi Ibu saya tetap memiliki sebuah kebun kecil di halaman belakang rumah di Paron. Disana beberapa tanaman pepaya bersama pohon pandan dan cabai tumbuh dgn subur. Kecuali pandan, maka tanaman lainnya tersebut tumbuh dgn suka rela dari biji yg ditebarkan begitu saja. Walau yg ditanam terbatas dan terkesan sepele tapi mampu menyumbangkan kebutuhan dapur yg lumayan. Mengingat pepaya yg tumbuh bukanlah jenis super dgn rasa yg manis maka ketika Lebaran tiba berbutir-butir buah mudanya disulap menjadi sepanci besar gulai pepaya yg lezat. Bahkan tetangga di sekitar sering meminta buahnya untk disayur.
Jika saya sedang pulang ke Paron, maka giliran daun-daun pepaya ni yg menjadi korban. Daun dan bunga pepaya gantung menjadi favorit saya untk ditumis / sekedar direbus dan dicocolkan di sambal terasi buatan Ibu yg mantap surantap. Karena terbiasa sejak kecil menyantap daun pepaya, rasanya yg pahit tak lagi menjadi persoalan. Lidah saya sudah begitu kebalnya, sehingga rasa pahit ni justru sensasi yg dicari dan membuat makan menjadi semakin bertambah nikmat.
Kini, tinggal di rumah Pete dgn secuil halaman, saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Berbeda dgn Ibu saya yg hanya memiliki kebun sekedarnya, maka kebun saya cukup bervariasi isinya tapi memiliki satu kesamaan. Kami sama-sama memiliki pohon pepaya! Saya menanam tanaman ni di tiap sudut halaman, dlm jumlah yg banyak dan kini tumbuh bersaing dgn tanaman labu kuning yg kian hari kian menggila. Si labu kuning ni kini bahkan sudah mengembangkan sulurnya ke pagar halaman tetangga dan bergelantungan ke luar pagar halaman depan.
Walau pucuk-pucuk mudanya telah menyumbangkan berpanci-panci Pucuk Labu Masak Lemak yg laziz tapi melihatnya kini meliar membuat saya menyesal jg telah menanamnya. Masalah terbesar adlh tiap kali saya menyiram halaman maka daun dan sulurnya yg berbulu kerapkali menggores kulit dan menimbulkan rasa gatal yg menyiksa. Sepertinya weekend ini saya harus melakukan sesuatu pd tanaman yg super cepat pertumbuhannya ini. Pilihannya adlh merebusnya di dlm panci / menjejalkannya ke dlm plastik sampah terbesar yg bisa saya temukan. Hmm....
Kembali ke tumis daun pepaya yg kali ni saya sharing. Agar tanaman pepaya di depan rumah Pete mampu bertunas dan bercabang maka ujung tanaman lantas saya potong. Hasilnya adlh berikat-ikat daun pepaya muda yg sedap untk diolah menjadi aneka masakan. Di pasar Blok A, seikat kecil daun pepaya (tua!) dibandrol dgn harga lima ribu rupiah, tapi kini saya justru memiliki pucuk mudanya yg lembut. Daun-daun ni mantap diolah menjadi buntil seperti resep yg pernah saya hadirkan disini, / urap, anda bisa melihat resepnya disini. Tapi tumis sederhana daun pepaya dgn ikan asin/teri, / sekedar dicocol dgn sambal terasi sepertinya pilihan yg paling mudah.
Kendala utama yg membuat kita enggan mengkonsumsi daun pepaya adlh rasa pahitnya. Walau untk kasus saya, itu bukan masalah sama sekali. Nah ada banyak tips untk menghilangkan rasa pahit, mulai dari merebus daun pepaya bersama daun singkong dan beluntas (jika anda tinggal di Jakarta maka menemukan daun beluntas merupakan hal yg mustahil); meremas daun mentahnya dgn garam dan membuang air perasannya. Atau ada satu tips unik yg belum pernah saya coba, yaitu merebus daun pepaya dgn segumpal tanah liat. Konon katanya ada jenis tanah liat tertentu yg memang khusus digunakan untk merebus daun pepaya dan mampu menghilangkan rasa pahitnya dgn ampuh. Well, mungkin anda yg pernah mencoba tips ni bersedia berbagi pengalamannya disini. ^_^
Jika anda masih ragu mengkonsumsi si daun pepaya dgn alasan pahit, mungkin setelah tahu manfaatnya anda bersedia berputar haluan menjadi mencintainya. Selain buahnya yg lezat, kaya vitamin dan memiliki segudang manfaat, maka daun pepaya pun tak kalah hebatnya. Menurut sebuah penelitian yg diterbitkan pd bulan Februari 2010 dari 'Journal of Ethnopharmacology', ekstrak daun pepaya (dalam bentuk jus) / teh yg terbuat dari daun pepaya kemungkinan efektif untk mencegah dan mengobati penyakit kanker. Pada penelitian kultur jaringan, teh daun pepaya mampu mengurangi peradangan dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh berupa racun yg mampu melawan pertumbuhan sel kanker, menghambat pertumbuhan sel tumor dan menstimulasi gen yg membantu daya tahan tubuh berupa efek anti tumor. Para peneliti menyimpulkan bahwa hasil penelitian awal mereka menunjukkan, sifat meningkatkan daya tahan tubuh yg terkandung di dlm teh daun pepaya mungkin terbukti bermanfaat dlm pengobatan dan pencegahan penyakit, termasuk kanker, alergi dan sebagai komponen dlm beberapa vaksin.
Ekstrak daun pepaya ternyata jg mampu melawan penyakit maag sesuai dgn hasil penelitian di laboratorium hewan yg diterbitkan pd September 2008 dari 'West Indian Medical Journal'.Dalam penelitian tersebut, ekstrak daun pepayamampu mengurangikeparahanluka pd lambungdan menunjukkanefek antioksidanyang kuat. Ekstrak daunpepayajuga mampu menurunkan oksidasi lemakdan peningkatanaktivitas antioksidandalam seldarah merah. Para penelitimenyimpulkandaripenelitian awalinibahwa tehdaun pepayamenunjukkan potensiuntuk pengobatanluka padalambungdanstres oksidasi pd perut.
Menurut buku "The Complete Herbal Guide: A Natural Approach to Healing the Body," enzim papain yg terdapat di dlm daun pepaya mampu membantu lambung dlm mencerna proteindanberguna untukmengobati gangguanpencernaan. Teh daun pepayadapat meringankan rasa tak nyaman akibat sakit maagdan merangsang nafsu makan. Selain itu, teh daun pepaya jg dpt membantumencerna gluten proteingandum, dimana pd berberapa orang protein ni sulit untk dicernadan menyebabkankondisiautoimunyang dikenal sebagai penyakitceliac. Hal ni tentu saja masih memerlukanpenelitian lebih lanjut, sehingga orang-orangdengan penyakitceliactidakmenggunakandaunpepayauntuk mengobatikondisi mereka.
Selain bermanfaat, daun pepaya ternyata mampu memberikan efek samping yg negatif. Enzim papain yg terdapat di dlm daun pepaya telah lama dikenal mampu memberikan reaksi alergi pd beberapa orang. Menurut penelitian yg diterbitkan pd bulan September 2008 dari journal "Ugeskrift for Laeger." Laporan tersebut mencatat telah terjadi tanda-tanda alergi pd 10 dari 22 orang yg bekerja di laboratorium penelitian akibat terpapar oleh debu papain. Para pekerja tersebut menunjukkan gejala mata yg terasa gatal, dan hidung berair. Tapi dgn kondisi lingkungan yg bersih dan ventilasi udara yg tepat mampu menyembuhkan alergi tersebut.
Yuk sekarang kita menuju ke resep dan proses pembuatan tumis daun pepaya yg lezat ini!
Resep Tumis Daun Pepaya dgn Ikan Asin
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 5 porsi
Tertarik dgn resep tumisan sejenis ni lainnya? Klik link di bawah ini:
Tumis Kangkung Belacan
Tumis Tahu Tauge dgn Soy Sauce
Tumis Bunga Bawang dgn Saus Tiram
Bahan: - 2 ikat daun pepaya muda - 100 gram ikan asin / teri seperti teri medan/teri jengki (saya pakai ikan asin pari yg tipis)
Bumbu: - 2 sendok makan minyak untk menumis - 5 siung bawang merah, rajang tipis - 4 siung bawang putih, cincang halus - 4 buah cabai merah keriting, rajang tipis - 3 buah cabai rawit, rajang tipis - 2 cm jahe, dimemarkan
- 3 cm lengkuas, memarkan - 3 lembar daun salam - 1 sendok makan saus tiram - 1 1/2 sendok makan gula jawa, sisir halus - 1 sendok makan air asam jawa - 2 sendok makan kecap manis - 2 sendok teh garam
- 200 ml air panas
Cara membuat:
Siapkan daun pepaya yg masih muda, ambil daun dan pucuk mudanya saja. Cuci bersih.
Untuk mengurangi rasa pahitnya, anda bisa meremas-remasnya dgn 2 sendok makan garam hingga daun layu dan sebagian getahnya menghilang. Cuci hingga bersih. Saya tak melakukan step ini.
Siapkan panci, masukkan air yg kira-kira cukup untk merebus daun pepaya. Rebus air hingga mendidih. Tuangkan daun pepaya, beri 1/2 sendok makan garam. Rebus hingga daun pepaya menjadi empuk. Pencet daun dgn ujung jari untk mengetes keempukannya, jika masih keras lanjutkan merebus.
Tiriskan daun di mangkuk kawat berlubang, siram dgn air dingin, kemudian peras kuat-kuat hingga air habis. Gumpalkan daun dan rajang menjadi potongan kecil. Sisihkan.
Siapkan ikan asin, saya menggunakan ikan asin pari yg tipis. Potong menjadi ukuran kecil, / anda jg bisa menggunakan ikan teri. Goreng ikan asin hingga matang, angkat dan tiriskan.
Note: jika menggunakan ikan teri seperti teri Medan/teri jengki, bisa digoreng terlebih dahulu baru nanti dicampurkan ketika masakan sudah matang, / teri mentah ditumis bersama bumbu iris.
Siapkan wajan, beri 2 sendok makan minyak. Tumis bawang merah, bawang putih, cabai, jahe, lengkuas, dan daun salam. Aduk dan tumis hingga harum dan matang. Masukkan saus tiram, gula jawa, kecap manis dan air asam, tumis hingga harum.
Tambahkan garam, aduk rata. Masukkan daun pepaya rebus, aduk dgn bumbu hingga rata. Tambahkan air panas, aduk dan masak hingga air habis. Cicipi rasanya, sesuaikan garam dan gula. Tambahkan ikan asin, aduk rata. Angkat dan sajikan dgn nasi panas. Super yummy!
Sources:
Livestrong.com - Papaya Leaf Tea Benefits
Stylecraze.com - 15 Best Benefits of Papaya Leaf Juice for Skin, Hair & Health
other source : http://justtryandtaste.com, http://kompas.com, http://solopos.com
0 Response to "[Ayam] Resep Tumis Daun Pepaya dengan Ikan Asin"
Post a Comment