This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Bertakziah Ke Ibunda Sahabat - Tips

Bertakziah Ke Ibunda Sahabatvesoe.blogspot.com - Bismillahirrahmanirrahiim...
Salam Sejahtera Bagi Seluruh Alam, Puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. Pemilik Seluruh Rahmat dan Karunia. Shalawat dan salam yg setulus-tulusnya semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW, bagi keluarga dan sahabatnya yg mulia serta para pengikut Beliau yg setia sampai akhir jaman. Aamiin.
Pembaca Blog Yang Setia, dimanapun sahabat berada...
Mudah-mudahan hari ni kalian semua sudah lebih sehat dari hari-hari kemarih yaa ? Itulah doaku tiap-tiap waktu untk kalian semua, yg kunaikkan kepada Allah Yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi kita semua. Tanpa kecuali. Agar kita semua diampuni dosanya. Bagi kalian yg belum sembuh agar diberiNya hidayah kesabaran, kekuatan sehingga mampu menjalani hari-hari dgn ketawakkalan. Aamiin.
Maksudku, ada kasih sayang Allah yg diperuntukkan untk seluruh alam dan seisinya, tapi ada kasih sayang Allah yg hanya diberikanNya kepada insan-insan yg taat kepadaNya. Kita hendaknya bisa meraih kasih sayang kedua-duanya. Ya kasih sayang yg betebaran dialam raya, ya kasih sayang Allah karena kita taat kepadaNya.
Alam raya seisinya yg terhampar dihadapan kita, yg Allah peruntukkan bagi kemaslahatan hidup para makhluk termasuk kita manusia, adlh hamparan kasih sayangNya. Semua diciptakanNya dlm keserasian, keseimbangan, yg sangat sempurna !
Ada bumi, ada langit, ada daratan, laut, udara, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, adlh sebuah kesatuan kesempurnaan yg tak bisa dipisahkan satu sama lain. Dan semuanya mempunyai aturan masing-masing, yg Allah berikan dlm bahasa masing-masing yg dipahami oleh masing-masing ciptaanNya pula. Agar mereka semua termasuk kita bisa meraih kebahagiaannya dlm kehidupan.
Dalam tatanan ekosistem semuanya saling berkait. Benar-benar masing-masing tak boleh egois mementingkan kehidupan diri sendiri, tapi harus senantiasa menenggang kepentingan yg lainnya.
Salah satu contoh, menebang hutan sembarangan bisa menyebabkan banjir. Siapa yg menanggung kerugian kemudian ? Orang lain bukan ? Hal yg sangat sepele, membuang sampah sembarangan pd lokasi yg padat pemukiman seperti di ibukota, Jakarta, jg akan menyebabkan tersumbatnya gorong-gorong, sehingga di musim hujan akan bisa menyebabkan banjir, yg menyengsarakan seluruh penghuninya.
Tapi masyarakat susah untk diajak sadar demi kepentingan bersama. Yang disalahkan dari jaman ke jaman selalu saja pemerintah yg tak becus ngurus rakyat dan negara ! Semestinya pemerintahan yg baik akan terselenggara jika masyarakatpun mempunyai akhlak yg baik pula. Jadi sejak awal harus ada kerjasama kearah terbangunnya kondisi negara yg kuat, antara rakyat dgn kepala pemerintahan melalui system birokrasi yg bersih dan berwibawa pula.
Nah ada lagi contoh kerja yg sembarangan yg tak memperhatikan ekosistem ataupun kepentingan orang lain, sehingga menyebabkan ratusan ribu warga menderita. Lapindo Brantas. Sistem pengeboran yg kurang memenuhi standard pengeboran menyebabkan kebocoran pipa sehingga gas didalam tanah tertekan keatas permukaan bumi. Disadarkan bahwa ni merupakan kesalahan tehnis dlm pengeboran, tak mau menerima juga, eh malah menyalahkan gempa yogya yg menjadi penyebab kebocoran pipa. He he..sudah salah masih menyalahkan Allah pula, heran..heran ! Inilah manusia yg selalu tak mau interospeksi, dan selalu menyalahkan fihak lain.
Kita jangan demikian ya ? Kita sakit, so PASTI itu kesalahan kita, bukan kesalahan orang lain, dan jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan yg tak adil ! Marilah secara perlahan tapi pasti, kita mohon ampunan Allah, mohon bimbinganNya agar kita segera bisa mengenali dosa-dosa serta kekhilafan-kekhilafan kita, lalu taubatan nasuha, lalu Allah ampuni dosa kita, lalu sembuhlah semua sakit penyakit kita, dan endingnya kita bahagia dunia dan akherat kita Oke ?
Sahabat-sahabatku sakit maag dimanapun kalian berada...
Kali ni saya ingin cerita ringan tentang perjalanan takziah yg saya lakukan pd hari minggu kemarin tanggal 22 Nopember 2015. Dimana dlm sehari itu saya temukan suka, duka, dan jg hikmah.
Hari Sabtu, sehari sebelumnya, saya mendapat sms dari sahabat saya dik Iwan, bahwa hari itu ibunda dari Mbak Sri sahabat saya dan sahabat kami semua telah berpulang ke Rahmatullah pd dini harinya. Kami diminta meneruskannya ke ikhwan di Purworejo.
Rumah duka berada beberapa puluh kilometer diatas bukit diutara kabupaten Kebumen. Jalannya sempit meskipun sudah diaspal kasar. Naik terus berkelok-kelok, terkadang disebelah kanan / kirinya melalui jurang yg cukup terjal. Jika berpapasan mobil dgn mobil, masih bisa siih..tapi salah satunya harus mengalah menepi dulu supaya yg lainnya bisa lewat.
Sebelumnya, dulu banget, saya pernah diajak sekali oleh Mbak Sri kerumah ibundanya ini. Naik motor. Pantat saja sampai pegel nggoncengnya karena saking jauhnya, dan jalannya kasar banyak lubangnya. Saya masih inget. Sesudah dari sana maag saya kambuh berat hingga berbulan-bulan. Benar-benar berat penderitaannya. Oleh karena itu berkali-kali saya berpesan kepada teman-teman, kalau tak perlu sekali jika maagnya masih sakit, tak usah naik motor dululah.
Ketika mendengar berita duka itu, saya langsung lemes. Walaupun bertemu dgn ibundanya mbak Sri baru sekali, tapi ada kesan yg teramat mendalam kepada beliau.
Sosoknya sangat ramah. Ketika menerima kedatangan saya yg pertama kali, dulu, kelihatan sangat gembira. Tempat tinggal saya dgn rumah beliau lain kabupaten. Satu jam jarak tempuh naik bus. Belum masuknya kerumah beliau diatas bukit.
Beliau memang sudah sakit-sakitan sejak lama. Waktu saya kesana, jg kelihatan sudah rapuh kesehatannya. Meskipun jalannya sudah cukup susah, beliau masih tergopoh-gopoh menyambut saya. Menyuruh pembantu untk membuatkan minuman dan pisang kapok kuning yg digoreng dgn tepung terigu.
Meskipun saya jg sering membuat pisang goreng tepung dirumah, rasanya makan pisang goreng tepung dirumah ibunda ueenak sekali. Perut lapar habis terguncang-guncang motor, diudara pegunungan yg sangat sejuk, membuat nafsu makan jadi bangkit. Saya yg jarang makan apa saja lebih dari satu potong, eh tanpa nyadar disini bisa habis 2 potong pisang sekali makan. Aah kalau inget sungguh memalukan sekali diriku ini.
Rasanya masih kenyang ketika kemudian saya dipersilahkan beliau untk makan siang. Dengan sayur lodeh labu siam campur daun so dgn santan yg tak begitu kenthal dan Lombok yg hanya seuprit. Dan lauk ayam goreng entah membeli dimana, kalau menyembelih ayam sendiri jelas tak mungkin, karena waktunya yg sangat singkat ketika menghidangkannya. Meskipun masih terasa kenyang tak tega untk menolak tawaran beliau. Apalagi sayur lodehnya sangat mengundang selera.
Nah akhirnya, makanlah saya dgn mbak Sri. Beliau ibunda ikut menungguin duduk disamping saya. Berkali-kali mempersilahkan agar saya tak malu-malu makannya. Bahkan mengambil mangkuk sayurnya menambahkannya ke piring saya, jg ayam gorengnya. Waduh..padahal saya tak begitu suka dgn ayam goreng. Bagaimana ni ? Untung mbak Sri tanggap. Tak menegur keramahan ibunya, tapi langsung mengambil ayam goreng yg baru saja diletakkan oleh ibunya dipiring saya.
Rasa kasih sayang serta kecintaan yg mendalam pd diri ibunda itulah yg sangat terkesan di hati saya. Sayang tempatnya sangat jauh dan sulit dijangkau, seandainya dekat, tentu saya akan sering sowan silaturahmi kerumah ibundanya mbak Sri ini.
Menuju kerumah almarhumah tak ada kendaraan umum. Jadi harus naik mobil sendiri / naik motor. Ketika mendengar berita duka ini, mengapa saya langsung lemas. Pertama jg karena merasa sangat kehilangan beliau, dan pikiran membayangkan mau naik apa kesana dan dgn siapa temannya ? Karena jalan menuju kesana saya sudah lupa. Jalannya tak ada namanya. Masuknya dari arah mana ? Karena jalan pedesaan menurut perasaan saya semua hampir sama. Berkelok kelok dan kanan kirinya penuh pohon-pohonan. Mau bertanya kepada mbak Sri, tak mungkinlah. Mereka sedang dlm suasana duka. Ya Allah.
Akhirnya saya punya idée untk mengajak Ibu Zakaria takziah kesana. Yaa..hari sabtunya Pak Kyai Zakaria ada jadwal mengisi pengajian, yg tak mungkin dibatalkan.
Akhirnya Pak Kyai Zakaria mengusulkan untk takziah pd hari minggunya, karena hari sabtunya darurat, tak bisa meninggalkan pengajian.
Kebetulan putri saya Adin sedang pulang. Ia saya ajak untk takziah tak mau, karena banyak tugas yg harus diselesaikan. Hari seninnya harus ditumpuk. Jadi ia lebih berat tugas kampusnya daripada ikut takziah. Ya sudahlah tak mengapa. Pagi-pagi sudah saya persiapkan bekal untk dijalan, dan untk anak saya dirumah. Kasihan. Kalau sudah menggarap tugas tak ada waktu untk menyiapkan sendiri makanan. Jadi terpaksa uminya yg harus repot.
Enak sekali melakukan perjalanan luar kota pagi-pagi jam setengah tujuh. Udara masih segar dan jalan belum terlalu banyak polusi. Apalagi setelah lepas dari jalan raya, berbelok menuju jalan desa yg menuju ketempat duka. Cahaya matahari pagi yg ramah menyinari ladang penduduk, menerobos pepohonan hutan rindang dikanan kiri jalan, menimbulkan nuansa tersendiri dlm hati.
Mau masuk kejalan desa, hanya bertanya sekali kepada penduduk sudah pd tahu rumahnya mbah Mantan, suami almarhumah, yg terkenal sebagai kesepuhan desa, mantan lurah desa yg rupanya sangat disegani. Subhanallah. Betapa bedanya kehidupan di desa dan di kota. Di desa, jarak berkilo-kilometer orang sudah sangat saling mengenal. Tapi dikota-kota besar seperti Jakarta, nama tetangga sebelahnya saja terkadang tak tahu.
Di desa, kalau kita sakit, dari mana-mana berbondong-bondong orang datang menjenguk hilir mudik tak henti-henti. Rumah jadi ramai tamu serta penuh sembako serta segala macam makanan hantaran tamu. Ya Allah. Subhanallah.Ini, jg demikian. Di lembah bukit yg menuju rumah Mbah Manten bertanya kepada seseorang satu kali langsung mereka sudah tahu rumah mbah Manten yg berada diatas bukit paling atas. Betapa kentalnya hubungan masyarakat pedesaan. Sangat mengharukan !
Lalu kamipun laju naik keatas bukit. Di sepanjang jalan langka rumah orang. Di kanan kiri jalan hanya nampak pepohonan meranggas yg mulai menghijau kembali karena musim hujan sudah tiba. Jalan berkelok-kelok, cukup sempit, banyak lubang, dan terus menanjak.
Berkali-kali bertemu dgn pak tani yg memanggul cangkul mau pergi keladangnya. Mereka selalu berhenti menepi sambil tersenyum ramah kepada kami yg berada didalam mobil. Dikanan kiri jalan tak ditemui sawah sepetakpun. Adanya ladang-ladang pohon sengon, yg batangnya berwarna putih, biasa untk membuat bahan usuk rumah. Juga banyak semak pohon kunyit serta temulawak yg sepertinya tumbuh liar tanpa ditanam. Jika kami mau memintanya, tentu akan diberikannya dgn senang hati. Tak usah membelinya meskipun kami punya uang, mereka tak akan pernah mau menerima uang kita untk harga serumpun kunyit yg kita inginkan. Itulah salah satu warna kehidupan di pedesaan. Serba ikhlas dan selalu ingin memberikan apa yg dimilikinya, kepada yg membutuhkannya.
Sepanjang perjalanan kami takjub dgn pemandangan indah yg kami lewati. Kali ni kami dan rombongan tak melewati jalan yg dulu saya lewati bersama mbak Sri waktu kesini yg pertama kali. Kali ni melewati jalan yg lain. Rasanya jalannya lebih jauh dan jelek !
Setelah melalui perjalanan yg cukup membuat pegal badan, akhirnya sampailah kami kerumah duka. Mbak Sri dan keluarga tampak sangat terharu melihat kami bisa datang, meskipun terlambat, karena ibunda sudah dimakamkan kemarin siang. Benar-benar diluar dugaan bahwa saya bisa datang, bahkan dgn Pak Kyai Zakaria sekeluarga yg jg sudah dikenal oleh Mbak Sri. Mata kami berkaca-kaca ketika bertemu, ada duka, tapi jg ada bahagia, bercampur jadi satu.
Dihalaman rumah yg tak begitu luas berjejer mobil-mobil putra putri almarhumah yg semuanya berjumlah 10 orang. Rupanya mereka belum beranjak pulang sebelum tiga harinya.
Setelah istirahat sejenak. Saya minta diantar ke pemakaman almarhumah karena dekat. Hanya berjarak 50 meter dari kediaman. Saya sangat terharu, ketika kami serombongan bisa mendoakan almarhumah di makamnya. Apalagi berkesempatan dipimpin oleh Pak Kyai Zakaria yg terkenal sangat makbul doanya. Subhanallah.
Selama mengamini doa pak Kyai, terlintas dlm hati saya, betapa rapuhnya hidup manusia. Jika sudah dikehendakiNya, semuanya inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Suami / isteri, anak-anak tercinta, harta yg berlimpah sekalipun, kesenangan-kesenangan dunia. Semua harus ditinggalkannya dgn paksa. Semoga beliau diberikan ampunan oleh Allah SWT. atas segala dosanya, ditunjukinya jalan kembalinya, dan diberinya tempat yg baik disisiNya. Semoga beliau wafat dlm khusnulkhatimah. Aamiin.
Dan kita semua yg masih hidup, semoga bisa belajar pd tiap kematian saudara-saudara kita. Meneliti diri untk mendapatkan mutiara hikmah yg sangat berharga bagi bekal menyongsong kehidupan yg sebenar-benarnya adlh di alam akherat.
Betapa beruntungnya ibunda sahabat saya, yg bisa didoakan oleh Pak Kyai Zakaria. Seorang Kyai yg begitu zuhudnya.
Saya yg telah mengenal beliau secara dekat, subhanallah belum pernah menemui seorang kyai yg tawadhuknya dan ikhlasnya seperti beliau. Kecuali beliau seorang hafidz jg beliau tak makan yg dimasak dgn api, alias yg dikonsumsi adlh makanan mentah. Baik itu makanan / minuman semuanya mentah !
Mau tau menu beliau tiap harinya ? Beliau pelaku puasa Daud. Tapi jika sedang tak puasa. Pagi-pagi sarapan beliau adlh tepung beras putih + susu sapi yg baru diperas + legen ( air nira yg menjadi bahan untk membuat gula merah ). Tepung berasnya menggilingkan sendiri, karena kalau tepung beras yg sudah jadi dan dijual dlm bentuk yg sudah dikemas khawatir pengeringannya dgn system pengopenan. Lalu susu sapinya jg susu sapi yg baru saja diperah. Di tempat tinggal beliau dekat dgn tempat pemerahan susu jadi bisa tiap saat pesan susu sapi yg masih segar. Nira jg tiap kali pesan kepada penderes nira yg beliau percaya.
Menu itu dibuatnya 1 gelas besar untk seharian. Artinya dlm sehari beliau hanya mengkonsumsi ya hanya segelas besar itu saja. Siang tidak, sorenyapun tidak. Siang seringnya konsumsi buah apa saja. Ada salak ya salak. Ada durian ya durian. Ada sawo ya sawo, ya pokoknya segala macam buah yg ada tanpa pilih-pilih.
Jika beliau diundang di suatu majelis pengajian untk memberikan tausiyah, maka fihak pengundang selalu berusaha menyediakan buah-buahan / telor mentah. Dan para jamaah cukup snack seperti biasanya he he. Antik bukan ?
Mau tahu pula bagaimana tidur ala beliau ?
Lebih kaget lagi ketika beliau memberitahu saya bahwa tidur beliaupun tak diatas kasur seperti kita. Tapi di tempat tidur khususnya yg dibuat dari batu !
Karena penasaran, maka sayapun sowan ke kediaman beliau, untk menyaksikan langsung tempat tidur beliau. Saya dgn suami saya, diperkenankan untk masuk kedalam kamar tidur beliau untk melihat tempat tidur beliau.
Mau tahu ? Didalam kamar beliau, terdapat bangunan seukuran makam. Diatasnya ditata batu-batuan seukuran telor-telor puyuh ditebarkan diatasnya. Warna batunya semuanya putih. Dibagian ujungnya ditanam batu berbentuk gepeng rata seperti bantal kecil. Ketika saya tanyakan kepada beliau untk apa kok ada batu besar gepeng itu ? Beliau menjelaskan bahwa batu itu memang berfungsi sebagai bantal ketika beliau tidur. Bahkan beliau berkenan mempraktekkan bagaimana beliau tidur diatas jajaran batu-batu itu
Saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya tiap malam tidur diatas batu-batu kecil dan berbantalkan sebuah batu besar. Dan posisi tidur beliau, konon selalu meneladani sikap tidurnya Kanjeng Nabi SAW. dimana miring kekanan dan muka menghadap kearah kiblat serta kedua telapak tangan ditangkupkan sebagai bantalan dibawah kepalanya. Subhanallah.
Hari-hari beliau full untk menggeluti Al Qur’an dan memberikan tausiyah dimana-mana. Itulah sekedar gambaran tentang Bapak Kyai Zakaria yg saya kenal.
Itulah mengapa saya merasa sangat beruntung, ketika saya mau takziah ke ibundanya mbak Sri, beliau Pak Kyai Zakaria berkenan takziah juga. Alhamdulillah..
Tak tega jg rasanya ketika saat kami dipersilahkan makan dikediaman ibunda mbak Sri, eh Pak Kyai Zakaria hanya makan mangga mentah diberi gula pasir, karena saking bingungnya Mbak Sri, beliau mau disediakan makanan apa ? Padahal Pak Kyai Zakaria kan tak makan gula pasir ? Ya sudah tak ada masalah, mangga mentahpun jadi, daripada beliau hanya melihat kami makan ?
Pulang dari rumah duka, kami tak sengaja melewati sebuah telaga. Tadi waktu mau pulang, ditunjukkan oleh mbak Sri agar melewati jalan yg ni saja. Karena jalannya lebih mulus. Eh bener juga. Mulusnya. Tapi lebih ngeri, karena dikanan kirinya lebih banyak jurang menganga. Jika tak hati-hati bisa celaka.
Ternyata telaga yg kami lewati, merupakan tempat rekreasi kabupaten kebumen. Ya sudah atas kesepakatan bersama, kami mampir di telaga itu. Sayang kan, sudah lewat jika tak mampir? Tapi niat awal kami kan bukan untk melihat telaga, tapi untk takziah. Jadi itung-itung mampirnya di telaga ni adlh bonus dari Allah, diberi kesempatan melihat pemandangan yg sangat indah. CiptaanNya.. Allah Hu Akbar.
Kamipun tak sempat berlama-lama di telaga. Mengingat putri saya Adin sudah cukup lama ditinggal sendirian dirumah. Tapi tadi, di telaga, sempat selvi-selvi jg siih. Dan rencana hari ni Adin harus pulang ke yogya, karena besuk pagi ada kuliah pagi. Jadi pulangnya, Pak Kyai Zakaria agak ngebut untk mengejar waktu agar Adin tak ketinggalan berangkatnya ke Yogya.
Eh, apa yg terjadi ? Ternyata Adin masih santai-santai. Tapi ia sewot, karena ternyata dirumah lampu mati sejak jam 10 pagi hingga saat kami sampai dirumah kira-kira jam setengah 3. Sehingga Adin tak bisa berbuat apa-apa untk mengerjakan tugas kuliahnya.
Begitu capeknya sampai dirumah...Eh Pak Kyai Zakaria dan Ibu masih jg sempat menawari Adin dgn sungguh-sungguh untk mengantarnya ke yogya dgn mobil yg dirental itu, subhanallah. Allah Hu Akbar. Demikian ikhlasnya hati beliau. Padahal jarak rumah kami ke yogya masih 1, 5 jam perjalanan, pulang pergi kan 3 jam bukan ? Alhamdulillah Adin memutuskan untk tak pulang sore itu ke yogya. Sungkan jg kan dgn Pak Kyai ? Kecuali itu Adin masih harus merampungkan tugasnya sebelum kembali ke kostnya besuk pagi.
Adin sangat rugi tak ikut takziah. Rugi tak mendapatkan pahalanya takziah. Rugi tak ikut melihat telaga, rugi tak ikut kebersamaan. Karena ia berfikir, jika ikut, khawatir tugasnya tak selesai !
Itulah kerja otak ! Kadang-kadang sering berdampak buruk daripada baiknya. Allah menghendaki kami bertakziah, karena itu suatu kebaikan. Tapi Adin lebih mengutamakan logika, mengerjakan tugas daripada takziah, khawatir tugas tak bisa selesai ! Nah hasilnya lebih baik mana mengutamakan kebaikan / logika berpikir ?
Ini suatu pelajaran berharga yg bisa saya ambil dari seluruh cerita diatas. Seringkali dlm kehidupan sehari-hari kita lebih mengedepankan logika daripada suara hati yg merupakan tuntunan Allah. Pelit sedekah karena takut kebutuhan kita menjadi berkurang dan tak tercukupi ? Inilah logika. Tapi iman akan loss untk bersedekah karena sangat yaqin bahwa rejeki adlh urusan Allah, dan Allah Maha Sempurna dlm mengurus urusan makhluknya jika kita mau berserah diri.
Dan ketika Pak Kyai Zakaria menawarkan untk mengantar putri saya Adin ke yogya. Ada pelajaran keikhlasan dan bersegera menangkap peluang kebaikan karena semata mengharap keridhoan Allah belaka. Indahnya !!! Meskipun putri saya akhirnya memilih untk pulang esok paginya.
Yuk, walaupun sedikit, kita belajar untk selalu menangkap peluang kebaikan yg Allah tebarkan disekeliling kita tiap saatnya. Sampai jumpa pd artikel mendatang. Insha Allah. Jika ada khilafnya dlm tulisan ni mudah-mudahan Allah mengampuni saya, dan semoga Andapun mau memaafkannya. Lewat tulisan sederhana ni semoga Anda mendapatkan pencerahan. Amiin.
Alhamdulillahrirabbil’alamiin.
Salam Penulis, Niniek SS

other source : http://slideshare.net, http://solusi-sakit-maag.blogspot.com, http://log.viva.co.id

0 Response to "Bertakziah Ke Ibunda Sahabat - Tips"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *