
vesoe.blogspot.com - Tiba-tiba HP ku berdering, setelah menjawab salam suara diseberang telepon tampak panik Ayah.. bunda mimisan nich. Hmm.. kumaklumi kepanikan istriku saat itu karena belum pernah dia mengalami mimisan seperti ini.
Memang cuaca di bulan Agustus 2007 siang itu begitu teriknya. Aku pikir ni akibat cuaca yg terik itu. Kemudian aku sarankan dia untk segera ke dokter.
Beberapa hari kemudian istriku sakit pilek. Seperti biasanya kalau sakit ia hanya minum obat warung dan jarang sekali mau periksa ke dokter. oalah bunda.... ke dokter ajah kok takut, ledekku, ku sorong pipi kenyalnya dgn ujung jari, ia merajuk bibirnya maju 2 centi, lucu melihatnya seperti itu.
Dua minggu berselang tapi pileknya belum jg hilang. Malah katanya ada yg terasa menyumbat di saluran hidungnya, rasanya tak nyaman dan susah bernafas. Bun... besok kita ke Rumah Sakit ya! biar ayah ijin masuk siang, rayuku agar ia mau ke Rumah sakit.
Keesokan harinya saya ajak ia ke RS. Bhakti Yudha Depok. Saat itu dokter THT bilang istriku alergi pd debu dan jg bulu-bulu binatang. Tapi sampai obatnya habis pileknya belum jg ada tanda-tanda kesembuhan.
Anehnya yg sering keluar lendir hanya hidung sebelah kiri saja. Bahkan istriku mulai susah bernafas melalui hidung, ia hanya bisa bernafas melalui mulut. Dan ketika saya membawanya periksa untk kedua kalinya dokter menyarankan untk rontgen. Tapi dari hasil rontgen tak terlihat adanya kelainan apapun di hidung istriku.
***
Tanggal 3 Nov 2007 ...
Aku mengajaknya periksa ke RS Proklamasi Jakarta, karena menurut informasi di sini peralatanya lebih lengkap. Ternyata benar, dgn alat penyedot dokter mengeluarkan lendir dari dlm hidung istriku. Senang rasanya melihat ia dpt bernafas dgn lega. Alhamdulillah.....
Beberapa hari kemudian sumbatan itu kembali muncul. Duh..bunda! Kontrol kedua ke RS. Proklamasi masih saja dokter belum bisa menyampaikan penyakit apa yg dialami istriku ini.
Dokter memasukkan kapas basah ke hidung istriku (ternyata itu adlh bius lokal), beberapa saat kemudian sebuah gunting kecil dimasukkan kedalam hidung dan.. krek potongan daging kecil diambil. Belakangan baru aku tau tindakan inilah yg dinamakan biopsi. Tak ada yg disampaikan kepada kami. Dokter menyarankan dilakukan CT Scan. Kemudian kami menuju ke RSCM untk CT Scan.
Keesokan harinya hasil CT Scan aku bawa kembali ke Dokter RS Proklamasi. Setelah melihat hasil Scan, Dokterpun menyampaikan hasilnya dan jg hasil biopsi dari laboratorium.
ini ibu positif, kata dokter sambil menunjukkan foto CT Scan. Nampak ada sebuah massa diantara belakang hidung dan tenggorokan istriku. Cukup besar seukuran kepalan tangan. Aku masih belum mengerti maksud kata-kata nya dan memang sama sekali tak ada pikiran yg aneh aku coba bertanya, maksudnya apa dok?
ibu positif kanker!
Dek.. seolah detak jantungku berhenti KANKER...Dok? Tiba-tiba mataku jadi gelap, sebuah beban berat serasa menindih badanku. Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa, lama aku terdiam.
Kanker..? tanyaku, tapi kalimat itu tak mampu terucap hanya bersarang di kepalaku. Sebuah penyakit yg selama ni hanya aku kenal lewat informasi dan berita-berita, kini penyakit itupun menghampiri orang terdekatku orang yg paling aku sayangi. Penyakit yg menakutkan itu menyerang istriku.
Kutatap wajah cantik istriku yg dibalut jilbab favoritnya, tenang.. teduh... tak ada ekspresi apa-apa aku makin bingung.
duhh...bunda apa yg ada dlm fikiranmu bunda...
Sekarang bapak ke RSCM ke bagian Radiologi kita harus bertindak cepat, tiba-tiba aku tersadar. Segera kuambil surat pengantar dokter dan menuju RSCM.
Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dlm deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu spesialis Radiologi ini. Aroma kecemasan bahkan keputus asaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ni jg saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ni di hadapan istriku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.
Dihadapan dokter Radiologi aku bertanya, sebenarnya istriku kena kanker apa dok?
kanker nasofaring. jawab dokter singkat.
Ya Allah....kanker apa lagi ini? Istilahnya saja aneh bagiku. Kenapa harus istriku yg mengalaminya?
Tapi Insya Allah masih bisa disembuhkan dgn pengobatan sinar radiasi dan kemoterapy, dokter mencoba menangkap kegalauan diwajahku.
Nanti ibu harus menjalani pengobatan radiasi selama 25 kali.
Terbayang beratnya derita dan kelelahan yg harus dialami istriku. Belum lagi dgn kombinasi pengobatan kemoterapy yg melemahkan fisik.
Keluar dari ruang radiologi seolah semuanya jadi gelap, rasanya aku tak kuat menahan segala beban ini. Segera aku sms family dan teman-teman dekatku, aku kabarkan keadaan istriku dan kumintakan do’a dari mereka. Tak terasa bulir-bulir bening air mata bermunculan disudut mataku.
Ayah kenapa? nangis yach..? dgn polos pertanyaan itu keluar dari bibir istriku.
iya, ayah sayaaang.... sama bunda, suaraku gemetar.
Ku usap lembut kepala istriku. Ku tepis perlahan tangannya yg mencoba mengusap air mataku, ku gengggam kuat jari-jari lemahnya. Hatiku berbisik kenapa tak ada kesedihan diwajahmu bunda? apakah bunda ga tau penyakit ni begitu berbahaya? Atau Allah telah memberitahukan ni semua kepadamu?
Bunda biasa ajah koq.. Jawabanya malah makin membuatku tak bisa bernafas, air mataku akhirnya jatuh juga.
Kususuri lorong-lorong RSCM dgn langkah lemas tak bertenaga seolah aku melayang, tulang-tulang terasa tak mampu menyangga badanku yg kecil ini.
Tanggal 5 Desember 2007 ...
Mulai hari itu istriku harus dirawat inap di RS. Proklamasi. Semua persiapanpun dilakukan mulai dari USG, Bond Scan dll. Hasilnya rahim masih bersih dan tulangpun normal artinya kankernya belum mejalar ke bagian lain, Alhamdulillah...sempat kuucap kata syukur itu.
Tanggal 8 Desember 2007 ...
Hari ke empat. Sore itu aku dipanggil ke ruang Dokter Sugiono yg akan melakukan Kemoterapy. Dikatakan bahwa kanker istriku stadium 2A dan Insya Allah masih bisa diobati. Istrikupun siap untk menjalani pengobatan dgn kemoterapy. Kemudian kami minta ijin ke Dokter untk diperbolehkan pulang sambil mempersiapkan segala sesuatunya.
Malam hari ketika kami di rumah, kami minta pendapat dari pihak keluarga tentang pengobatan yg akan kami lakukan. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan pihak keluarga menyarankan agar kami tak menempuh jalan kemo dan radiasi. Kami disarankan untk menjalani pengobatan dgn cara alternatif dan pengobatan herbal.
Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar pegobatan dgn cara alternatif dan minum obat-obat herbal. Karena saat itu istriku sudah susah untk menelan maka obat herbal yg diberikan tak berupa kapsul, melainkan berupa rebusan. Setiap hari istriku harus minum ramuan dan rebusan obat-obat herbal yg baunya sangat menyengat. Tapi aku lihat ia dgn telaten dan sabar rutin minum semua obat-obatan itu.
Semangatnya untk sembuh begitu besar. Doa pun tiada henti kupanjatkan siang dan malam. Dan malam-malamku selalu ku habiskan dgn tahajud dan hajat.
Aku mulai rajin mencari semua informasi yg berhubungan dgn kanker nasofaring, mulai dari makanan, cara pengobatan, bahkan alamat klinik pengobatan alternatif. Semua informasi aku cari melalui internet, koran dan dari rekan-rekan kerja.
Tiga bulan pengobatan, tapi Allah sepertinya belum memberi jalan kesembuhan dgn cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Bahkan pengobatan alternatif sudah aku tinggalkan sejak 1 bulan pertama karena aku ragu. Beberapa keluarga istri mulai putus asa. Malah ada yg beranggapan penyakit ni adlh kiriman dari orang. Tapi aku bantah semuanya, sempat ada pertentangan di antara kami. Aku yakinkan istriku bahwa ni adlh memang ujian dari Allah,
Bun..semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini bunda sakit, berobat kesini-sini itu semua sudah ada dlm catatan Allah bun. Yang penting sekarang kita jangan lelah berihtiar dan bunda tetep harus semangat untk sembuh. Ia mengangguk perlahan.
Berat badan istriku mulai turun drastis karena tak ada asupan makanan, sebelum sakit beratnya 53 Kg kini tinggal 36 Kg. Kondisinya makin parah dan puncaknya ketika aku lihat mata kirinya sudah tak focus. Cara ia melihat seperti orang juling. Menurut Dokter herbal yg menangani istriku inilah rangkaian perjalanan kanker tersebut yg lama kelamaan akan menyerang otak. Dokter menganjurkan untk segera dibawa ke rumah sakit.
Tanggal 26 Maret 2008 ...
Akhirnya aku kembali membawanya ke Rumah Sakit. Kali ni aku membawanya ke RS. Husni Thamrin. Istriku ditangani oleh team yg terdiri Dokter THT, Dokter Internis dan Dokter spesialis ahli kemoterapy, Kebetulan Dokter Sugiono ahli kemoterapy yg dulu merawat istriku di RS. Proklamasi jg praktek di sini. Dan kini Dokter sugiyono kembali menangani istriku.
Sore itu Dokter memanggilku ke ruangannya. Dokter menjelaskan stadium kanker istriku sudah menjadi 4C, dan kankernya sudah mulai menggerogoti tulang tengkorak penyangga otak. Melihat hasil CT Scan nya aku merinding, terlihat jelas tulang-tulang tengkorak itu keropos layaknya daun termakan ulat. Aku ingin menjerit, Ya Allah... begitu berat cobaan ni Kau timpakan pd kami
Ma’afkan ayah bun, ayah tak mampu menjaga bunda...!
Yang lebih mengagetkan ketika dokter mengatakan, kita hanya bisa memperlambat pertumbuhan kankernya bukan mengobati. Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku limbung dan hampir taksadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untk tetap tegar. Dengan dipapah adik aku keluar dari ruang dokter.
Segera aku menuju Mushola kuambil air wudhu dan kujalankan sholat. Entah sholat apa yg kujalankan ini.
Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ni dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter memfonis dgn analisanya, tapi Engkaulah yg maha kuasa atas segala sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ni dariMu ya Allah dan padaMU jg aku mohon obat dan kesembuhannya.
other source : http://imgur.com, http://trendingindo.blogspot.com, http://log.viva.co.id
0 Response to "[Kesehatan] Kisah: Selamat Jalan Istriku"
Post a Comment