Sinopsis Jodha Akbar episode 479 by Sally Diandra. Jodha masih bersama Jalal dikamar Jalal, membahas soal keinginan Jodha untk masuk agama Islam “Aku tak ingin menyakiti rakyatku / anak laki lakiku, aku tidak ingin mendengar bahwa anakku dipanggil dgn sebutan anak haram” nampak Jalal tak begitu suka dgn keinginan Jodha “Ratu Jodha, seperti yg aku bilang padamu bahwa hanya Salim yg akan menjadi Raja”, “Tapi sampai kapan, Yang Mulia ? Semuanya ni bisa terlambat, Salim akan menjauh lagi dari kita berdua, itulah mengapa aku memintamu agar mengijinkan aku untk mengubah agamaku”, “Siapa yg bertanya padaku ini, istriku / Ratu India ?” dgn sedih Jodha berkata “Aku adlh istrimu, Yang Mulia”, “Seharusnya kamu selalu mengingat situasi pd saat pernikahan kita, situasimu pd saat itu bahwa kamu tak akan pernah mengubah agamamu, jika aku tak setuju dgn permintaanmu ni maka kamu tak akan menikah denganku, kondisi ni adlh dasar dari pernikahan kita dan kamu ingin mengakhiri begitu saja ? Kita telah melakukan 7 sumpah perjanjian pernikahan kita satu sama lain dan salah satunya adlh kita akan menyelesaikan permasalahan kita bersama sama, sekarang kamu menginginkan aku untk mengikari pernjanjian itu ? Percayalah padaku, Ratu Jodha ... Salim pasti akan mendapatkan haknya” Jalal berusaha menghibur Jodha.
Murad sedang ngobrol dgn Danial “Aku harus mendiskusikan hal ni dgn Salim” Murad bertekad untk ngobrol Salim “Tapi dia itu masih belum mau bicara sama kamu, lalu apa yg akan kamu lakukan ? Dia pasti sedang sibuk menikmati tarian Anarkali” ujar Danial.
Sementara itu dikamar Jodha, Moti menghampiri Jodha “Jodha, aku sudah mempersiapkan untk puasa dan melakukan ritual Pooja” Jodha kelihatan gelisah “Aku tak akan puasa hari ini, Moti”, “Apa yg kamu katakan, Jodha ? Kamu selalu berpuasa dan aku telah mengundang semua pelayan kita yg beragama Hindu untk melakukan Pooja kali ini” Moti khawatir dgn ucapan Jodha “Katakan saja pd mereka bahwa aku tak akan melakukan Pooja kali ini” Jodha tetap bersikeras tak akan melakukan ritual Pooja seperti yg biasa dia lakukan “Puasa ni untk kebaikan keluarga kerajaan, Jodha”, “Aku harus melakukan ini, Moti ... anakku menghadapi banyak masalah karena aku, Yang Mulia Raja tak mengijinkan aku untk mengubah agamaku tapi aku harus mengambil keputusan ni untk anakku, aku akan mengorbankan agamaku jadi katakan saja pd semua orang bahwa aku tak akan datang untk Pooja nanti” Jodha telah bertekad.
Jalal sedang ada di rudang sidang Dewan - E - Khaas, Duta Besar dari negeri Turaan datang dan menyalami Jalal “Aku ingin bertanya padamu, pesan apa yg kamu bawa ?”, “Kami sedang melawan Iran dan kami ingin bantuan anda, Raja kami tak ingin menerima Raja Iran tapi kami mempunyai satu permintaan bahwa pasukan Mughal seharusnya membantu kami untk mendapatkan daerah yg telah diambil oleh Iran” ujar Duta Besar Turaan “Kamu tak berfikir bahwa kami jg mempunyai masalah dgn kondisi ini, kita hanya sedang menunggu waktu saja” kali ni Maan Sigh ikut menimpali “Katakan pd Raja Turaan bahwa pasukan kami akan membantu kamu” ujar Jalal, Duta Besar Turaan itupun pergi meninggalkan sidang. Salah seorang menteri memberikan informasi ke Jalal tentang surat yg dikirimkan oleh Mirza Hakim “Aku telah membahas soal ni dgn beberapa negara dan mereka ingin ikut ambil bagian dlm persekutuan kita” Jalal sangat senang mendengarnya “Itu adlh berita yg bagus, sekarang aku akan memikirkan cara bagaimana Raja Iran akan membayar semua kesalahan yg telah dibuatnya ini” ujar Jalal.
Dikamar Jodha, Jodha meminta maaf pd Dewa Khrisna “Kahnaa, seperti yg kamu tahu bahwa aku tak bermaksud untk menghina kamu, aku melakukan ni semua hanya untk anakku, rasanya tak ada jalan keluar untk membuat Yang Mulia mengerti jadi maafkanlah aku” tepat pd saat itu Aram Bano memasuki kamar Jodha “Ibu ... Ibu ... Shama selalu mengganggu aku, masa dia memanggil aku Haram Bano” Jodha hanya tersenyum melihat tingkah anak bungsunya itu yg sedang kesal dgn Shama “Sudah, tak apa apa, tak usah cemas, sayang” ujar Jodha sambil mendudukkan Aram disebelahnya “Lalu apa yg harus aku lakukan ibu ?” tepat pd saat itu Jalal memasuki kamar Jodha “Apa yg sedang kalian bicarakan ? Jika kamu berbicara tentang ibumu maka tak ada seorangpun yg bisa berbicara didepannya, ayah ni kan pelayannya juga” ujar Jalal dgn semangat lalu duduk disebelah Aram Bano “Aram Bano, katakan pd ayahmu bahwa kalau dia itu pelayan maka dia harus setuju dgn ucapan ibu” lalu Jalal jg menjawab pertanyaan Jodha melalui Aram Bano, kemudian dijawab kembali oleh Jodha, Aram Bano hanya bolak balik memandang kedua orangtuanya kekanan dan kekiri dgn bingung “Hhhh ... aku bingung, lebih baik aku pergi saja” Aram Bano akhirnya meninggalkan kedua orang tuanya yg masih bersitegang “Aku dengar kalau kamu tak melakukan puasa dan ritual Pooja, aku kan sudah bilang kalau aku tak mengijinkan kamu untk mengubah agamamu jadi kamu kesal denganku ya” Jalal mencoba mencairkan suasana sambil menggeser tubuhnya mendekati Jodha tapi Jodha jg ikut menggeser tubuhnya menjauhi Jalal sambil cemberut “Ya tentu saja, aku akan menunjukkan padamu sejauh mana yg bisa aku lakukan untk anakku” ujar Jodha sambil berdiri, Jalalpun ikut berdiri mendekati Jodha “Bagaimana jika Dewa menghukummu ?” tanya Jalal “Aku yakin Dewaku akan mengerti pd apa yg aku lakukan ni semata mata hanya untk anakku” ujar Jodha dgn nada ketus, Jalal merasa jalan buntu tak ada yg bisa dibicarakan lagi “Ya sudah kalau begitu aku pergi” Jalal segera pergi meninggalkan Jodha, sementara Jodha malah bingung ditinggalkan Jalal begitu saja.
Ditempat para penari, Anarkali sedang menyiapkan dirinya untk menari, Anarkali sedang mengenakan gelang kakinya “Pelayan, biarkan anggur itu tetap ditempatnya ya” Anarkali meminta pd pelayannya agar jangan mengambil anggur yg masih disediakan disana “Aku ingin tahu apakah Pangeran Salim akan memenuhi janjinya dan tak menyentuhnya / dia malah melanggar janjinya sendiri” ujar Anarkali, tepat pd saat itu Salim datang ketempat para penari, Anarkali langsung memberikan salam ke Salim “Apa yg bisa aku lakukan, pangeran ?” Anarkali bertanya ke Salim “Kamu tak harus melakukan apapun, hanya disini saja duduk disampingku” Salim duduk dikursi yg tersedia disana, Anarkalipun mendekati Salim, suara gelang kakinya terdengar bergemerincing ketika Anarkali melangkah, Salim menatap kearah kaki Anarkali dgn sedih, ketika Anarkali sudah duduk disebelahnya tiba tiba Salim menunduk hendak mencopot gelang Anarkali tapi Anarkali benar benar terkejut dan kaget “Jangan sentuh kakiku ! Aku ni adlh pelayanmu !” ujar Anarkali sambil berdiri “Duduklah, aku hanya ingin melepas gelang kakimu itu dari kakimu, hal ni akan sedikit mengurangi dosaku padamu, biarkan aku melepas mereka” tak lama kemudian Salim mencoba melepas gelang kaki dari kaki Anarkali, Anarkali jg membantu melepaskannya, kemudian Salim melempar gelang gelang kaki itu kelantai, Anarkali bisa melihat kemarahan Salim “Karena aku kamu menjadi seorang penari” ujar Salim kesal “Kita seharusnya tak mengingat ingat lagi kenangan yg yang menyakiti kita” Anarkali mencoba menghibur Salim “Kamu tak mengerti bagaimana perasaanku” saat itu seorang pelayan datang menghampiri mereka “Pangeran Salim, pangeran Murad mengirimkan sebuah pesan untk anda, katanya dia ingin membahas sesuatu dgn anda saat ini” Salim marah “Katakan padanya kalau aku sedang sibuk saat ni ! Kalau mau ngobrol lain kali saja !” bentak Salim dgn lantang, pelayanan itupun pergi meninggalkan Salim.
Jodha sedang berada dikamarnya, saat itu dia sedang merangkai bunga untk pemujaan Dewa Khrisna, tak lama kemudian Jalal menghampirinya dan duduk disebelahnya. Pelayan datang sambil membawa sepiring makanan “Mengapa kamu membawa piring itu ? Aku tak meminta untk dibawakan makanan” Jalal menatap Jodha dgn pandangan menggoda “Aku yg meminta dia membawakan makanan itu, karena kamu tak berpuasa maka aku pikir aku ingin sarapan pagi bersamamu, rasanya sudah lama kita tak melakukan sarapan bersama seperti ini” Jalal kemudian menyuruh Jodha untk memakan buah anggur, Jodha pura pura memakan anggur, padahal dia tak memakannya, buah anggur itu hanya diletakkannya disampingnya dan ternyata Jalal jg melakukan hal yg sama, Jalal jg pura pura memakan anggur tapi tak memakannya dan diletakkannya jg disampingnya, mereka berdua saling menyembunyikan satu sama lain bahwa mereka berdua sebenarnya hari itu sedang berpuasa, mereka bersandiwara seolah olah mereka sedang makan “Aku sedang berfikir ketika kamu melakukan Pooja untk keluargamu tapi kalau kamu tak melakukannya maka apakah akan ada sesuatu yg terjadi pd keluargamu ?” Jalal bertanya ke Jodha “Kamu seharusnya memikirkannya dulu sebelumnya, Yang Mulia”, “Lalu siapa yg akan melakukan Pooja ditempatmu ?” sambil terus pura pura makan “Aku lupa akan hal ini”, “Aku pikir aku akan menghabiskan waktuku bersamamu hari ini” goda Jalal “Jangan Yang Mulia, kepalaku sedang pusing”, “Itu karena kamu tak makan makanya kamu sakit, makanlah apel ini” Jodha kaget sambil memegangi apel itu “Aku hanya berfikir bahwa kamu itu tak pernah meninggalkan ritual Pooja”, “Jika kamu mengijinkan aku untk mengubah agamaku maka aku akan melakukan ritual Pooja ni untk terakhir kalinya” kata Jodha sambil terus pura pura makan, Jalal jg melakukan hal yg sama “Aku tak pernah mengijinkan kamu untk melakukan hal itu, jika kamu pikir aku ni orang yg egois maka biarlah, itu lebih baik, sekarang habiskan sarapanmu ini” ujar Jalal sambil mengambil buah anggur yg diletakkannya disampingnya kemudian pergi meninggalkan Jodha. Sepeninggal Jalal, Jodha jadi gelisah “Dia itu memang keras kepala tapi aku akan membuatnya menyetujui keinginanku ini, tapi bagaimana dgn ritual Pooja ?” tiba tiba seorang pelayan memasuki kamar Jodha “Malika Hind, semua orang sudah menunggu anda untk melakukan Pooja”, “Aku tak akan datang untk melakukan Pooja” ujarnya pd pelayan, pelayan itupun berlalu dari hadapan Jodha “Aku telah berbohong pd semua orang bahwa aku tak berpuasa padahal puasaku bisa sempurna dgn melakukan Pooja tapi aku tak ingin Yang Mulia tahu tentang hal ini, apa yg harus aku lakukan ?” Sinopsis Jodha Akbar episode 480 by Sally Diandra.
0 Response to "[Sally Diandra] Sinopsis Jodha Akbar episode 479 by Sally Diandra"
Post a Comment