Mana yg harusnya kita pakai kalau mata kita minus tinggi? Lensa kontak / kacamata?
Sahabatku pernah mengirim blog berisi orang yg matanya iritasi parah karena efek buruk lensa kontak. Dia bertanya padaku, "Setelah baca itu, elu masih berani pakai softlens?"
Aku jawab, "Masih dong..."
Bukan berarti aku tak peduli kesehatan. Memang banyak orang langsung bilang akan memilih penggunaan kacamata jika pertimbangannya adlh kesehatan. Sebagiannya -terutama perempuan- mengatakan lebih baik menggunakan lensa kontak dgn manfaat praktis untk kecantikan.
Kalau aku? Keduanya!
Di postingan ini, aku ingin membagi pengalaman soal keduanya.
Kacamata Awal pakai kacamata adlh waktu hari pendaftaran di SMP. Sebenarnya mataku sudah minus sejak SD, tapi kurang percaya diri memakainya. Malu. Aku tak nyaman dikomentari orang lain yg tak terbiasa dgn hal baru. Tidak tahan jg kalau disindir aneh-aneh hanya karena hal sederhana.
Kacamata pertamaku modelnya tanpa rangka. warna ungu Saat itu model itu sangat aneh karena semua kacamata biasanya berbingkai. Kacamata biasnaya hanya digunakan para orangtua dgn profesi guru, dokter / pegawai kecamatan.
Aku pernah main ke rumah temanku yg desanya lebih terpencil dari desaku. Tetangga dan keluarga langsung berkomentar. "Koncomu koyo bu Dokter, ngganggo kocomoto."
Mengenang itu sungguh konyol, sekarang tiap orang bebas menggunakan kacamata dgn model apapun yg dia suka.
Sumber gambar : blog.livedoor.jp |
Selain bentuknya yg masih dirasa sangat aneh, kacamata tanpa rangka itu sangat ringkih, sekrupnya sering kendor sehingga bagian kaca sering tak seimbang antara kanan dan kiri. Selain itu, keringat yg mengumpul pd gagang kacamata di lengkungan telinga sering membuat kulitku gatal. Di bagian itu juga, cat kacamata sering mengelupas, warna ungu jadi lama kelamaan jadi berganti dgn warna coklat.
Kacamata itu berkali-kali pecah. Biasanya tak sengaja terinjak karena memang tak kelihatan dan akunya yg ceroboh. Jadi harus sering-sering ke optik untk servis kacamata. Dalam hal penampilan, aku merasa kalau kacamata membuat lekukan jilbabku lebih lebar. Aku sebenarnya tak nyaman dgn itu, walau lebih tak nyaman lagi jika pandangan mataku mengabur.
Lama-lama kakakku bosan mengeluarkan uang untk urusan servis kacamata, aku diminta mengganti bentuk kacamata dgn yg berbingkai supaya lebih awet. Aku sebenarnya malas dgn sesuatu yg banyak dipakai orang. Sudah terlalu banyak orang yg memakai kacamata berbingkai. Tapi aku tak punya pilihan. Bukan aku yg harus membayar tagihan.
Kacamata berbingkai ni menumbuhkan masalah baru.
Gara-gara kacamata berbingkai ini, jerawatku mulai tumbuh di area sekitar bingkai kacamata kendati aku sudah membersihkannya berulang kali sebelum dipakai. Memang lebih awet, tapi masalah di lekukan telingaku masih sama. Gatal dan warna framenya luntur. Saat itu aku pikir mungkin piguranya murahan. Tapi optik meyakinkan bahwa pigura kacamataku sama sekali bukan merk KW. Jadi dia menyalahkan kulitku yg terlalu sensitif.
Selain soal gatal dan jerawat di sekitar mata, aku jg punya masalah dgn penyangga kacamata. Sering ada bekas kemerahan di sana. Seringkali perih karena terlalu terdesak penyangga hidung di kacamata. Masalah itu tak kelihatan dari luar karena tertutup bingkai kacamata. Hanya aku yg merasakan dampaknya.
Dari segi keamanan, pakai kacamata sangat tak nyaman jika digunakan saat menyetir motor dlm keadaan hujan karena air akan membuat kacamata kita buram. Kacamata jg sama sekali tak bisa dipakai untk menonton bioskop yg berformat 3D. Ya mungkin bisa dipaksakan. Tapi tak nyaman.
Dari segi kecantikan, kacamata kurang bisa klop dgn riasan mata. Penggunaan maskara pd mataku yg berkacamata adlh sebuah tindakan sia-sia karena bulu mata akan menabrak lensa. Dan jika kita sudah agak berkeringat, alas bedak di wajah akan luntur terutama pd area sekitar hidung dan sekitar pigura kacamata.
Sudah berkali-kali aku ganti kacamata karena ingin ganti model, pecah / patah gagangnya. Sekalipun masa jangka pakainya jauh lebih lama daripada yg tanpa pigura.
Kacamataku sekarang bahannya lebih bagus daripada kacamataku dulu. Harganya memang lebih mahal karena mekanisme pasar membuat barang bagus = mahal. Warna gagang kacamatanya tak luntur, bahannya lebih bagus, tahan banting, tapi tetap menyebabkan jerawat kecil di sekitar pigura kacamata, kemerahan di pangkal hidung, dan seringkali mengganggu riasan mata.
Namun, penggunaan kacamata membuatku lebih enjoy dlm membaca. Bagaimanapun, lebih enak baca buku dgn kondisi mata dekat dgn lembaran buku daripada terhalang dgn kacamata. Artinya, aku perlu melepas kacamata saat baca buku. Bukan baca buku sambil berkacamata.
Kacamata itu praktis sekali digunakan terutama saat malas dan lelah. Karena setelah beraktivitas, kita bisa langsung melepaskannya begitu saja di manapun tempat yg terjangkau dgn tangan kita. Kebiasaan buruk sih, biasanya setelah ketiduran setelah melepas kacamata sembarangan itu, aku malah lupa dimana letak kacamataku pas bangunnya. Butuh waktu lagi untk mencari, meraba-raba di tiap tempat karena mataku siwer. Kacamata jg baik dipakai di perjalanan jauh karena saat tertidur di bus / kereta, kita bisa melepaskannya begitu saja supaya nyaman. Hal yg tak mungkin dilakukan jika menggunakan lensa kontak.
Lensa Kontak Perkenalanku dgn lensa kontak adlh saat lulus SMA. Teknologi lensa kontak sudah populer kendati masih sedikit orang yg memakainya. Lensa kontak pertamaku adlh lensa transparan berdiamer 12 mm dgn kandungan air 60%. Aku sangat tegas memilih lensa kontak transparan karena aku cukup bahagia dgn biji mataku yg berwarna coklat. Jadi tak perlu warna kamuflase untk membuat warnanya "bicara". Lensa kontak itu harus diganti sebulan sekali.
Agak boros saat itu. Lensa kontak masih lumayan mahal. Di Solo, sepasang lensa kontak harganya Rp 120.000. Belum dgn cairannya yg seharga Rp 40.000. Sekalipun mahal, selalu bisa terbeli. Karena kondisi iritasi di telinga akibat gagang kacamata sudah lumayan memuakkan.
Memakai lensa kontak sebenarnya lebih merepotkan. Dari segi kantong, dan perawatan. Beberapa kali mataku memerah karena iritasi. Karena kering, / tak sengaja lensanya sobek di dlm tapi aku tak sadar.
Selain itu soal kebersihan juga. Tempat lensa dan airnya harus selalu diganti karena kalau kotor tapi lambat diganti, akan membuat mata iritasi, bahkan kadang bengkak. Mata jg akan berair terus menerus. Orang bisa salah paham, kenapa kita menangis dikeadaan tertentu. Padahal hanya karena lensa kontak.
Lensa kontak yg bertujuan untk membuat mata lebih leluasa dirias akan jadi berantakan karena air mata membuat segalanya luntur. Tidak disarankan untk dipakai pd musim salju karena mata akan jadi sangat kering dan itu membuat mata kita merah dan berair. Ini pengalaman pribadi sih. Mungkin beberapa orang tak masalah menggunakan lensa kontak di musim salju. Tapi kalau aku, sangat bermasalah.
Saat ni merk lensa kontak dan jenisnya makin beragam. Harga lensa kontak yg lebih murah dgn kualitas lebih bagus jg banyak. Soalnya aku mengambil langsung dari distributornya yg biasanya menjualnya ke penjual online / optik-optik besar. Jika cari lensa kontak di optik biasa, harganya masih lumayan mahal.
Aku sekarang menggunakan lensa kontak berdiameter 12,00mm warna cokelat dgn kualitas air 45% dgn masa pakai 6 bulan. Biasanya, saat memasuki bulan ketiga lensa kontaknya sudah tak aku pakai karena kurang nyaman. Ternyata mataku lebih cocok dgn lensa ni ketimbang lensa yg transparan. Warna cokelat aku pilih karena warnanya memang sama dgn warna mataku, diameternya pun sama. Aku tak pernah tertarik yg berdiameter 14,00 karena mata asliku sudah terlalu besar sehingga tak butuh efek mata boneka. Aku belum ingin menakuti banyak orang dgn mataku. Belum lho, bukan berarti tak akan pernah aku coba.
Sahabatku +Falaqie Nila membuat berbagai macam tutorial make up mata di blognya dgn penggunaan lensa kontak 14,00mm. Ada perusahaan yg mengendorsenya untk membuat beberapa review soal lensa kontak. Lensa kontak yg direview Nila bukanlah favoritku. Jadi aku hanya butuh tutorial make upnya saja. Sayangnya, beberapa kali mencoba tapi gagal meniru sebagus dia.
Dengan lensa kontak, kita bebas mengeksplorasi riasan mata. Walau aku jadi bagian dari 'pasukan tak becus urus alis'. Jadi sebenarnya urusan rias mata tak begitu darurat.
Jika harus berdandan di hari-hari tertentu, aku bertanya ke sahabat lelakiku apakah riasan wajahku aneh / tidak. Karena mereka akan bicara lebih jujur dan dgn kosa kata yg tak disaring. Ini yg aku butuhkan.
Perempuan biasanya cukup menjaga perasaan saat menjawab sesuatu yg berkaitan dgn penampilan. Jika riasanku gagal, perempuan cenderung akan menjawab, "Udah cantik kok."
Sedang lelaki akan menjawab, "Aneh banget dempulnya. Benerin gih, gue tungguin."
Kalau make up ku sukses, perempuan tetap akan berkata, "Udah cantik kok."
Sahabat lelakiku cuma bilang, "Elu keliatan normal. Kayak cewek beneran kalau gini."
Begitulah.
Saranku, saat memutuskan untk menggunakan lensa kontak, usahakan untk selalu punya lensa cadangan. Karena kadang lensa kita kotor, rusak, maupun mengering karena tutup lensa sering kurang rapat sehingga airnya tumpah. Sebaiknya jg selalu menyediakan tetes mata anti iritasi khusus pengguna lensa kontak, bukan sembarang tetes mata anti iritasi biasa yg dijual secara bebas di warung.
Ikuti saja cara merawat lensa kontak yg ada di bungkusnya karena memang itu sudah efektif.
Oh iya, lensa kontak yg sudah mengering kadang masih bisa tetap dipakai, asal direndam lama dan airnya diganti-ganti sebelum digunakan lagi supaya steril. Beberapa kali kejadian, tau-tau satu lensa kontak lepas dari mata kanan sedangkan lensa di mata kiri masih ada. Makanya punya cadangan lensa yg dibawa kemana-mana itu penting.
Jika kira-kita jatuhnya lensa itu di kamar dan akhirnya ketemu setelah berhari-hari mengering, kadang memang masih bisa dipakai. Cek baik-baik apakah lensa masih layak pakai / tidak, jangan sampai pakai lensa yg sobek / terlalu kotor. Bahaya. Kalau ragu-ragu, langsung buang saja. Jangan sampai tertukar antara lensa lama dan lensa baru. Ingat baik-baik bagian kanan dan kirinya terutama jika minus mata kanan dan kiri berbeda.
Bagiku, membaca buku dan online di handphone dgn mata lensa kontak kurang nyaman karena sepertinya lensa kontak itu kurang ideal untk penglihatan jarak dekat. Tidak mungkin kita membongkar pasang lensa kontak terus menerus dlm waktu yg dekat hanya untk kepentingan melihat detail sesuatu dgn jarak dekat. Memang ada beberapa hal yg detailnya akan lebih jelas dgn mata tanpa kacamata / lensa kontak. Kalau pakai kacamata, bisa dgn mudah kita lepas. Tapi jika lensa kontak? Itu tadi, susah.
Jika keadaan badan sangat lelah, seringnya lupa / malas untk melepas lensa. Akhirnya malah ketiduran dgn kondisi masih pakai lensa kontak. Berlaku jg jika dlm perjalanan jauh yg memungkinkan ketiduran di bus, kereta ataupun pesawat. Keteledoran ni yg membuat mata bengkak dan iritasi. Kalau mata dlm keadaan seperti itu, saatnya istirahat dari lensa kontak dan menggantinya dgn kacamata. Karena cahaya matahari yg masuk mata kita akan menyakitkan. Hidungku akan ikut flu dlm keadaan seperti ini.
Hanya saja, kalau kegiatan di luar ruangan dan cuaca hujan, penggunaan lensa kontak sangat disarankan.
Adik dan sahabat lelakiku sering menggunakan lensa kontak untk masa-masa penting. Lensa kontak yg mereka gunakan adlh yg jenis transparan sehingga tak terlihat terlalu menonjol. Tentu saja, pilih yg diameternya sesuai dgn mata normal, 12,00mm.
Baik kacamata dan lensa kontak ada manfaat positif dan negatifnya. Sebaiknya, jika mata sudah minus cukup besar, punya keduanya penting. Gunakan dikondisi yg tepat. Apalagi jika punya masalah sepertiku. Memakai kacamata terus menerus kulitnya sensitif, memakai lensa kontak terus menerus jg malah membuat mata iritasi.
Kalau boleh memilih, aku lebih berbahagia jika tak perlu menggunakan keduanya. Tapi Lasik itu muahal sekaliiii.... Dan anak kost sepertiku kurang telaten mengonsumsi wortel. TT__TT
Oh iya, ni wajahku dgn kacamata dan dgn lensa kontak. Yang pakai kacamata adlh pemotretan indoor, di dlm kelas. Yang pakai lensa kontak adlh pemotetan outdoor di kantin kampus, dlm hari dan kondisi kulit berbeda. Lightingnya jadi beda deh. Siapa tau ada yg nyari kemana perginya hidungku di foto lensa kontak. :p
404 Error, Nose not Found :p |
0 Response to "[cinta] Kacamata vs Lensa Kontak"
Post a Comment